Kamis, 19 Maret 2009

10 JURUS PENDONGKERAK BISNIS . . . !!!

Ini aku copas dari beberapa koleksi pembelajaran pribadi...bagi rekan-rekan yang ingin memulai usaha, silahkan simak baik2..semoga membantu..


Dunia bisnis juga ikut berubah secepat kemajuan zaman. Paradigma bisnis lama tidak mampu mewadahi tuntutan zaman, apalagi untuk mengatasinya. Perlu jurus-jurus baru untuk berbisnis.

Setiap orang dengan metode trial and error, cepat atau lambat pastilah bisa mengoperasikan sebuah peralatan, semisal mengoperasikan alat elektronik baru. Namun dengan adanya buku manual atau petunjuk pengoperasionalan pastilah jauh lebih membantu ketimbang orang tersebut coba-coba. Dengan upaya yang sama, seseorang yang bekerja dengan tuntunan akan jauh lebih berhasil daripada yang bekerja secara asal-asalan. Teknik-teknik untuk mencapai tujuan secara efisien inilah barangkali yang disebut sebagai sebuah jurus (orang lain bisa jadi berbeda definisi).

Kehidupan dunia bisnis pun juga tidak berbeda jauh dengan bidang kehidupan lainnya (karena pada kenyataannya bisnis memang merupakan bagian dari kehidupan yang lebih luas). Kemajuan zaman juga selalu dibarengi dengan adanya tuntutan. Paradigma berbisnis cara lama pun sudah tidak mampu lagi mewadahi apalagi mengatasi tuntutan. Perlu jurus-jurus baru tertentu agar langkah-langkah yang dilakukan pengusaha untuk mencapai tujuan berjalan efisien, baik ditinjau dari sisi dana maupun tenaga yang dikeluarkan.

Begitu pentingnya jurus, seperti buku petunjuk manual pengoperasian, kami merasa perlu untuk membagikannya kepada para pembaca sekalian. Sepuluh jurus yang kami pilih telah teruji menjadi amunisi bagi melambungnya kinerja beberapa pengusaha atau perusahaan.

Jurus Pertama: Optimalkan Otak Kanan
Jangan Anda berlaku salah dengan mengatakan bahwa otak kiri tidak penting. Tetapi Anda juga harus segera menyadari kehidupan ekonomi global tengah dikendalikan oleh orang-orang bertipe otak kanan. Kehidupan ekonomi dunia memang berhutang besar kepada orang-orang yang kemampuan otak kirinya hebat, yakni para “pekerja pengetahuan.”

Namun, kata Daniel H Pink pengarang A Whole New Mind, di dunia barat dan global pekerjaan orang-orang berotak kiri ini saat ini dengan mudah tergantikan. Pekerjaan akunting di sebuah perusahaan, yang dulunya ditangani oleh beberapa orang pegawai, kini cukup dikerjakan oleh satu orang dengan bantuan software keuangan. Bahkan pekerjaan pembuatan software itu sendiri sekarang dilakukan oleh sebuah software, tanpa banyak campur tangan ahli-ahli komputer berotak kiri.

Dalam kehidupan kita di sini (Indonesia) gejala pergeseran itu dengan mudah dapat ditunjuk. Kehidupan para seniman, yang dalam karya-karyanya lebih banyak bereksplorasi dengan otak kanan, jauh lebih baik dari masa-masa sebelumnya. Bandingkan kehidupan para pemain ketoprak zaman dulu yang harus hidup berdesak-desakan di tobong dengan kehidupan para seniman ketoprak humor yang memiliki rumah lapang lengkap dengan segala fasilitasnya. Bandingkan juga dengan kehidupan para komedian, dan seniman-seniman lainnya. Orang-orang berotak kanan jauh lebih gampang meraup pendapatan, ketimbang orang-orang berotak kiri.
Dalam bisnis keterlibatan otak kanan jauh memberikan kontribusi ketimbang otak kiri. Kreatifitas, inovasi, terobosan-terobosan bisnis melibatkan kemampuan otak kanan daripada otak kiri.

Mengapa Airplane memilih street fashion dalam mendesain produk sehingga laku di pasaran dalam dan luar negeri? Mengapa Nasi Uduk Gondangdia perlu membungkus nasi uduknya dengan daun pisang dan kenapa harus berbentuk kerucut sehingga pelanggannya rela berjubel antre untuk dilayani? Tanyakanlah kepada otak kanan para pencetusnya.

Jurus Kedua: Galilah Potensi Yang Selama Ini Diremehkan
Namanya potensi dengan sendirinya mengandung arti bahwa sesuatu itu telah ada, dan tidak perlu diciptakan. Cuma, sesuatu itu masih dibiarkan “merana” dan belum digali apalagi dipoles.

Pengalaman Nasi Uduk Gondangdia bisa dijadikan contoh. Halaman ruko wartel dan money changer-nya dibiarkan “merana” bertahun-tahun dan hanya dimanfaatkan sebagai lahan parkir. Itu pun yang memanfaatkan orang lain. Untunglah Jasmine, Jusriel Kamil, Wita dan Lisa, cepat menyadari nilai potensi lahan kosong strategis yang terletak di pinggir jalan raya ini. Setelah disulap menjadi gerai outdoor nasi uduk, lahan yang tadinya merana ini bisa menjadi pundi-pundi uang keempat keluarga tersebut. Betapa tidak, dalam sebulannya Nasi Uduk Gondangdia membukukan omset Rp 270 juta. Dalam perkembangannya, bisnis nasi uduk justru jauh lebih prospektif sehingga bisnis wartel harus mengalah.

Airplane juga jeli melihat potensi. Keberadaan sejumlah pelajar Indonesia di luar negeri bisa didapuk menjadi marketer handal untuk melakukan penetrasi pasar di mancanegara. Coba berapa dana yang harus dirogoh jika Airplane harus menerjunkan tim marketing-nya sendiri. Para pelajar pun bisa menyelam sambil minum air, belajar sambil mencari uang tambahan. Mereka pun bisa menyasar para kolega kampusnya sebagai konsumen.

Jurus Ketiga: Berdamai dengan Para Kompetitor
Dalam tingkatan tertentu kompetitor memang bisa menggerus pendapatan. Itu sisi negatifnya kehadiran kompetitor. Namun pada sisi lain kompetitor merupakan pemicu bagi pengusaha untuk berlaku efisien, inovatif dan kreatif. Sebab, pengusaha yang puas dalam posisinya terkini akan tergilas oleh kemajuan kompetitor. Juga, untuk produk-produk yang memerlukan edukasi kepada konsumen, berapa dana yang diperlukan oleh seorang pengusaha untuk mengedukasi konsumen. Dengan banyaknya kompetitor, yang tentu saja juga akan mempromosikan produknya masing-masing, membuat edukasi akan jauh lebih cepat berhasil.

Dalam kasus melejitnya popularitas bisnis bunga anthurium, bagaimana orang bisa menghargai selembar daun dengan uang jutaan rupiah jika konsumen tidak teredukasi. Dan betapa capeknya dan menguras dana jika seorang pengusaha tanaman hias anthurium melakukan edukasi sendirian.

Jurus ini juga secara jitu diterapkan oleh Herman Kosasih, bos toko onderdil jaringan Laris Jaya Motor (LJM). Satu syarat bagi calon pembeli lisensi adalah memiliki lokasi yang dalam radius tiga kilometer terdapat minimal 50 bengkel sepeda motor. Hemat Ayung, demikian ia akrab disapa, keberadaan para kompetitor ini bisa disinergikan, terutama sekali karena LJM maupun pembeli lisensinya memiliki layanan bubut reparasi. Tidak semua bengkel mau dan mampu berinvestasi membeli mesin bubut yang harganya lumayan tinggi. Dengan demikian, para kompetitor merupakan pintu masuk bagi pelanggan layanan bubut reparasi LJM.

Berkumpulnya para kompetitor di suatu wilayah tertentu, misalnya untuk onderdil motor di Jalan Raya Bogor atau Kebun Jeruk, tentu menjadi magnet tersendiri bagi pelanggan. Benak konsumen akan bekerja bahwa di mana tingkat persaingan tinggi maka harga yang akan ditawarkan pastilah kompetitif. Di mana sejumlah kompetitor berdagang di tempat yang sama, mereka pastilah akan berlomba-lomba untuk memperlengkap dagangannya. Jadi tidak ada istilah konsumen pulang dengan tangan hampa, apa pun yang dicari pastilah ada.

Jurus Keempat: Jadilah Landak, Jangan Jadi Rubah
Manusia (pengusaha) memang multi talenta. Howard Gardner, psikolog Harvard menyebut manusia memiliki delapan kecerdasan. Pengusaha (perusahaan) juga mempunyai probabalitas sukses untuk banyak jenis bisnis. Namun tak bisa dipungkiri, secara alamiah orang hanya akan mencapai kemampuan optimal untuk satu atau dua kecerdasan saja. Kecil kemungkinannya, ia mampu mengembangkan delapan kecerdasan dengan sama baiknya. Karena secara alamiah pengusaha ataupun perusahaan kemampuannya seperti ini, maka akan lebih baik ia menjadi landak daripada menjadi rubah. Artinya, tahu banyak tentang satu hal daripada tahu sedikit tentang banyak hal. Singkatnya, pengusaha (apalagi yang tidak mempunyai cukup dana untuk menggaji orang-orang hebat dan melakukan ekspansi) harus fokus ke dalam satu jenis bisnis dan menjadi yang terbaik di bisnis tersebut. Kita sering melihat perusahaan yang uangnya tidak berseri pun dan sukses dalam suatu bisnis mengalami kegagalan ketika memasuki bisnis yang lain. Ekspansi suatu perusahaan biasanya masih terkait dengan bisnis intinya, di antaranya membuat variasi produk, bukan nyelonong ke jenis bisnis lain.

Gonzo Asian, kini lebih fokus menjadi pembuat kostum anime, walau di awalnya menggeluti bisnis tas dan boneka. Untuk bisa menjadi yang terbaik di bidangnya, Gonzo selalu menimba pengetahuan seluk-beluk kostum anime. Itu sebabnya, secara khusus Gonzo mendatangkan desainer fashion yang pernah tinggal di Negeri Matahari Terbit. Gonzo ingin menjadi landak di dunia kostum cosplay.

Contoh lainnya, adalah Baba Rafi Indonesia, yang sukses memasyaratkan Kebab Turki Baba Rafi. Setelah sukses menyajikan makanan kebab, kini Baba Rafi melakukan ekspansi dengan mengakuisisi Roti Maryam Aba-Abi. Baik kebab maupun roti maryam adalah makanan yang terkait budaya Timur Tengah. Prinsip ekspansi yang dilakukan Baba Rafi masih menganut teori landak. Artinya, masih fokus ke produk makanan yang berasal dari budaya Timur Tengah, hanya varian produknya saja yang diperkaya.

Jurus Kelima: Titik Terlemah Tumpuan Terkuat
Ketika kita berada di titik terendah, kemana pun kita bergerak pasti ke titik yang lebih tinggi. Kuncinya: kita mau bergerak tidak hanya berdiam di titik terendah. Sebaliknya, ketika kita berada di titik tertinggi ke mana pun bergerak akan menuju titik yang rendah. Ini pernah dirasakan oleh hampir semua pebisnis. Namun hampir-hampir tidak pernah diungkapkan bahwa titik terlemah adalah tumpuan terkuat. Banyak pengusaha kita yang sukses justru dari kondisi kepepet (titik nadir). Misalnya, kalah bersaing untuk bekerja di sektor formal akhirnya kepepet mendirikan usaha sendiri. Titik terlemah merupakan tumpuan terkuat juga bisa digunakan untuk menggambarkan pengusaha yang jatuh bangkrut namun tetap gigih berusaha hingga akhirnya menggapai sukses. Pandu Logistics yang didirikan oleh Dr Mohammad Bhakty Kasry dan beberapa rekannya, sebagai misal. Pandu Logistics sempat limbung pada tahun-tahun awal usahanya. Bahkan rekan-rekan Bhakty akhirnya mengundurkan diri. Tetapi Bhakty tidak menyerah dan terus menggenjot kinerja Pandu Logistics, hingga akhirnya perusahaan berkembang dan beranak pinak menjadi beberapa perusahaan dalam payung Pandu Siwi Group. Beberapa perusahaan ini menjadi salah satu perusahaan yang terdepan dalam bidangnya.

Dalam dunia komedian, kita juga banyak menemukan titik terlemah menjadi tumpuan terkuat. Beberapa kelemahan Tukul seperti Bahasa Inggris yang amburadul justru menjadi selling point. Ingat Yati yang hidungnya pesek? Ia menjadikan kelemahan itu sebagai sebuah kekuatan dan namanya pun cukup mewakili fenomena itu, Yati Pesek.

Contoh yang mengglobal adalah Buckminster Fuller penemu Kubah Geodesic. Dari royalti penemuannya Buckminster hidupnya berkelimpahan. Padahal konon kabarnya ia menyumbangkan semua hasil royaltinya. Tetapi setiap kali uangnya disumbangkan, pundi-pundinya terisi lagi. Penemuan kubah geodesic-nya berawal ketika ia merencanakan untuk bunuh diri lantaran kehidupannya yang bangkrut. Saat ingin terjun ke Danau Michigan, ia mendapat sebuah bisikan. Pesan dari bisikan itu adalah perintah agar Buckminster mengabdikan dirinya untuk kehidupan sesama. Sekalipun tidak pernah lulus dari Harvard namun Buckminster sebenarnya adalah sosok yang cerdas. Setelah mendapat bisikan tersebut ia mulai merancang untuk menemukan formula pembangunan rumah yang murah. Maka tercetuslah ide membangun rumah berbentuk kubah. Dalam perkembangannya penemuannya itu tidak hanya cocok untuk rumah tetapi juga bagi pembangunan gedung-gedung komersil bahkan hanggar pesawat. Penemuan yang luar biasa itu ia temukan justru ketika kehidupannya dalam titik terlemah.

Jurus Keenam: Memancinglah di Laut
Laut memiliki kekayaan hayati luar biasa. Jenis ikan yang ada di lautan pun sudah sulit untuk menyebutkannya, apalagi jumlahnya. Memancing di laut risikonya memang lebih besar, tetapi kita pasti akan bisa mendapatkan ikan, kecuali kita benar-benar sial. Memancing ikan di kolam, risikonya jelas lebih kecil. Namun jenis ikan dan jumlah yang kita tangkap sudah dalam dugaan kita. Sedangkan memancing ikan di laut hasilnya sangat-sangat mungkin tidak terduga. Itu artinya, pengusaha harus menetapkan target yang tinggi. Meskipun meleset kalau memanah matahari mungkin masih bisa mendapatkan burung, demikian juga ketika menembak titik tengah sasaran tembak kalau meleset masih bisa mengenai papannya.

“Kalau saya lebih suka memancing di laut, daripada memancing di kolam. Bisa jadi kita tidak mendapat apa-apa, tetapi mungkin juga kita mendapat ikan paus,” kata Perry Tristianto Tedja, dalam satu kesempatan mengambil amsal tentang penetapan target dalam berbisnis ini.

Jurus Ketujuh: Antrelah Paling Depan
Bagaimana pengalaman Anda antre tiket menonton pertandingan sepakbola dan konser musik? Pada saat Anda di depan tanpa bergerak pun sudah sampai loket penjualan tiket karena didesak para pengantre di belakang. Itu artinya, pengusaha haruslah berani menjadi pionir. Meski tak mudah, tetapi para peretas bisnis selalu menikmati kepioniran. Istilah orang lari marathon sudah mencuri start duluan.

Lihat pengalaman Aditya J Turanta ketika memunculkan ide laundry kiloan. Gampang diprediksi, bisnis yang prospektif pastilah akan banyak pengekornya. Demikian juga ketika Benresik yang menyasar segmen mahasiswa di Yogyakarta mengalami kesuksesan, bisnis laundry berkonsep kiloan langsung menjamur. Karena kepioniran inilah, Benresik bisa melesat ketika yang lain masih meraba-raba. Bahkan Benresik bisa berekspansi ke kota metropolitan mengusung nama Easy Clean sambil menggandeng sejumlah nama-nama terkenal yang terkait dengan bisnisnya.

Memang, kata Perry, menjadi pionir tidak gampang. Selain harus melakukan edukasi pasar, biaya promosi yang dikeluarkan cukup besar karena kita menciptakan pasar. Berbeda ketika kita berposisi sebagai pebisnis yang memasuki pasar yang sudah ada (penguntit) maka biaya yang dikeluarkan untuk berpromosi tidak terlalu besar. Namun beruntung bagi sang pionir, apalagi jika konsepnya sulit ditiru, maka ia sebagai penguasa tunggal dalam bisnis tersebut.

Jurus Kedelapan: Tampillah Beda
Betapa sulitnya kita untuk mencari perbedaan dari dua gambar yang mirip. Seringkali dari 10 perbedaan yang ada kita hanya menemukan enam sampai delapan titik. Itulah nasib produk Anda jika tidak berbeda dengan milik kompetitor. Dalam kondisi produk Anda mirip dengan milik kompetitor, bisa jadi seorang pelanggan sebenarnya hanya “salah” membeli produk Anda karena sebenarnya ia ingin membeli produk pesaing. Masih beruntung kalau produk Anda inferior sehingga Anda bisa mengambil keuntungan dari kemiripan produk dengan kompetitor superior Anda.

Tampil beda bukan berarti hanya dalam bentuk produk, tetapi juga pemikiran dan strategi. Lihat langkah Ayung dari LJM yang ikut menanamkan investasi dalam setiap pendirian cabang dengan mitranya. Nilai investasi yang melebihi lisensi fee, di mata pembeli lisensi sebagai suatu indikator bahwa Ayung serius memberi dukungan bagi kemajuan cabang yang didirikan bersama-sama itu. Tak aneh hanya berselang satu bulan lisensi diluncurkan sudah ada tiga mitra yang bergabung. Bahkan, di luar Pulau Jawa ada pengusaha yang tertarik untuk mendirikan delapan cabang.

Jurus Kesembilan: Banyaklah Beramal
Hukum alam: energi yang diterima sama dengan energi yang dilepaskan. Kebaikan tidak akan menuai selain kebaikan, demikian juga keburukan.

Starbuck Coffee nilai sahamnya naik 5000 persen. Apa rahasianya? Starbuck menanamkan kebaikan kepada karyawannya, kepada para mitranya, kepada para pemasok kopinya, kepada para konsumen dan kepada lingkungannya. Ujung-ujungnya Starbuck mendapat dukungan sepenuhnya dari pihak-pihak yang telah mendapatkan kebaikan dari perusahaan tersebut.

Bos Apotek Jaringan K-24, Gideon Hartono, pernah mengungkapkan,” ketika kehadiran kita membawa kebaikan kepada masyarakat maka secara timbal balik masyarakat akan mendukung bisnis kita. Itu sebabnya walau kami buka 24 jam tetapi tidak menempatkan satpam khusus di setiap gerai, karena masyarakat akan ikut serta menjaga keberadaan kita.”

Jurus Kesepuluh: Bermesralah dengan Media Massa
Selebritis, baik itu aktor maupun aktris, politikus, pimpinan eksekutif, legislatif maupun yudikatif bisa hancur reputasinya ketika sisi negatifnya disorot oleh media। Sebalikya karir mereka akan melambung, jika media selalu mengangkat perilaku positif mereka। Perusahaan juga demikian, semakin sering citra positifnya muncul di media massa, biasanya akan berbanding lurus dengan keberhasilan perusahaan tersebut. Bahkan dalam kadar tertentu kelemahan perusahaan yang diungkap oleh media massa bisa menghasilkan nilai positif, setidaknya untuk brand awareness.

http://elkamil.com/